Akhir-akhir ini, perkara Jilbab atau Hijab banyak dipermasalahkan. Terjadilah polemik antara pro dan kontra, sampai-sampai ada pihak tertentu yang dengan gegabah menyelewengkan penafsiran ayat-ayat tentangnya.
“ Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka ( orang-orang munafik) ada yang berkata : Siapa diantara kamu yang bertambah imannya dengan (turunya) surat ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat ini bertambahlah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada)”. (Q.S. At-Taubah 124:125).
Artikel ini ditulis berdasarkan buku karya Husein Shahab “ Jilbab Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah” . Mudah-mudahan artikel ini dapat membantu anda dalam mencari kebenaran masalah hijab (jilbab) menurut sumber Al-Qur’an, Hadist dan falsafah hukumnya. Bahkan membantu anda dalam menjawab kemusykilan pemutarbalikkan makna (hijab) yang biasa menyesatkan khalayak pelajar dan mahasiswa.
Perintah allah mengenai Hijab (jilbab) yang terkandung dalam al’Quran selalu diawali dengan kata-kata wanita yang beriman, betapa menunjukkan asasinya kedudukan hijab bagi wanita-wanita mukminah. Karenanya, ada baiknya sebelum memusatkan perhatian pada pembahasan mengenai hijab, terlebih dahulu kita renungkan soal iman yang merupakan dasar perintah esensial ini.
Iman adalah perkara hati, yang perwujudannya dapat dilihat pada lahir (zhahir) insan. Iman dapat berkurang dan bertambah, karena ia bukan merupakan bagian dari zat (esensi) insan. Iman bukan hanya sekedar mengucapkan dua kalimat Syahadat, melainkan perkara amal shaleh, penegasan dalam Al-Qur’an 49:14.
Dalam definisi iman, kita dapati bahwa ia adalah iqrar bil lisan wal-‘amalu bil arkan (ikrar dengan lisan dan amal dengan rukun).
“ Barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahalayang lebih baik dari apa yang telah merka kerjakan”(An-nahl16:97)
Ciri-ciri Mukmin
Allamah Sayid Muhammad Husain Thabthaba’I dalam kitab tafsirnya, Al-Mizan, menyebutkan bahwa iman yang menebus kedalam hati sesorang, persis bersesuaian dengan apa yang telah digambarkan Al-Qur’an dalam surat al-Anfal (QS. 8:2-3).
Mula pertama cahaya iman akan menyinari hati secara perlahan. Dia akan brtambah atau berkurang menurut amal yang bersangkutan. Awal reaksinya adalah gentar dan takut ketika mengingat allah dan berdzikir kepadanya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isikan Komentar anda...