Sabtu

Tujuh Jeratan Setan


Ibnul Qayyim mengatakan, “Setan ingin mempecundangi manusia lewat jenjang-jenjang jeratan yang semakin tinggi semakin sulit di elakan. Setan tidak akan berpindah ke jenjang yang lebih tinggi sebelum ia benar-benar menyerah. Jeratan-jeratan itu adalah sebagai berikut:


Jerat pertama, jerat kufur/ingkar kepada Allah, kepada agama dan kepada hari pertemuan dengan-Nya (hari akhir). Jerat ini juga meliputi kufur terhadap sifat-sifat sempurna Allah seperti yang diberitahukan oleh Rasul-Nya.
Jika seseorang bisa melewati jerat ini; ia bisa selamat berkat cahaya hidayah dan iman, setan akan menggunakan jerat kedua

Jerat kedua
, jerat bid’ah, baik berupa keyakinan yang bertentangan dengan kebenaran yang membawa para rasul dan termaktub dalam kitabullah, maupun berupa ibadah yang tidak mendapat restu dari Allah, seperti doa-doa karangan dan graffiti aneh yang di buat-buat
Jika ternyata masih bisa melewati jerat ini dengan cahaya hadist dan berpegang teguh kepada prinsip mutaba’ah (mengikuti ajaran Rasul dan salafus shahih), setan berpindah kejerat berikutnya.

Jerat ketiga
, jerat dosa besar. Jika setan menang, berarti ia telah berhasil membuat dosa besar itu indah dalam pandangan si korban. Tetapi jika seseorang mampu merobek jerat ini dengan lindungan Allah serta bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, setan melancarkan serangan berikutnya

Jerat keempat
, jerat dosa kecil. Setan berkata pada calon korban, “Meskipun berhasil menjahui dosa-dosa besar, kamu tidak akan luput dari kesalahan-kesalahan kecil itu bisa terhapus dengan menjauhi dosa-dosa besar dan mengerjakan amal shalih?”
Setan terus berupaya mengilustrasikan dosa kecil sebagai perbuatan remeh agar orang-orang menjadi sering melakukannya
Walhasil, pelaku dosa besar yang kemudian bertobat dan menyesal, lebih baik ketimbang orang yang terus menerus berbuat dosa kecil. Karena dosa besar akan terhapus dengan taubat dan istigfar, sementara dosa kecil akan terus menumpuk jika sering dilakoni
Seseorang jika selamat dari jeratan ini karena menjaga diri, selalu bertaubat dan beristigfar, serta tetap berupaya menghapus keburukannya dengan kebajikan, setan siap-siap memasang jeratan kelima

Jerat kelima
, jerat hal-hal yang mubah, yang membuat pelakunya tidak berdosa. Setan menyibukkan korban dengan hal tersebut agar ia melupakan banyak bentuk ketaatan dan melunturkan kesungguhan si korban untuk mempersiapkan bekal pulang ke akhirat
Setan secara perlahan meningkatkan frekuensi jeratan tingkat lima ini sampai korban akhirnya terbiasa meninggalkan amalan-amalan sunnah. Setelah itu ditingkatkan lagi agar si korban berani meninggalkan perbuatan wajib, atau setidak-tidaknya melengahkan korban dari peruntungan besar dan kedudukan tinggi di surga kelak
Tetapi, jika masi selamat dari jeratan ini, setan langsung memakai jerat keenam

Jerat keenam
, jerat bentuk-bentuk ketaatan yang di utamakan. Setan sengaja menggambarkannya menjadi begitu indah agar bisa menyibukan manusia dari perbuatan yang lebih utama dan lebih berpahala. Karena, setelah tidak bisa membuat rugi manusia pada tataran pangkal pahala, setan mencoba memasang jerat pada tataran kesempurnaan dan keutamaan pahala. Setan menyibukan korbannya dengan perbuatan kurang utama hingga melupakan yang lebih utama, lebih senang dalil yang lemah ketimbang dalil yang kuat

Jerat ketujuh
, setan mengerahkan tentaranya untuk menimpakan siksa, baik melalui tangan, lisan, maupun hati, sesuai dengan tingkat kebajikan korban. Setiap kali tingkatan kebajikannya naik, tentara setan segera mengerahkan pasukannya dan menimpakan berbagai bentuk intimidasi kepada korban dan keluarganya. Jerat ini tidak punya jalan keluar
Nah, sahabat…
Inti dari semua paparan ini adalah bahwa setiap kali kesungguhan dalam istiqamah dan dakwah kepada Allah bertambah, bertambah pula kesungguhan musuh dalam memperdaya korbannya. Demikian kata Ibnul Qayyim rahimahullah (Sumber tulisan "Enam Pertemuan Penuh Cahaya")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isikan Komentar anda...